Postingan

Api

Hatiku memanas kala sendiri Api tak pernah padam Hanya sedikit bersembunyi Kelak berkobar dalam sepi Aku peduli Pada mereka aku peduli Pun daun jatuh ku sayangi Namun sesekali biarkan aku pergi Duduk bersama bulan atau mentari Lalu... Saat sumpah serapah tumpah memenuhi langit Tak berarti waktu dimulai lagi Siapapun datanglah,  Tak peduli semut pun akan ku sambut Mungkin aku sedikit gila Tidak apa, karna bulan tak akan mengungkapnya Mentari tak akan bicara Akan ku coba sayangi kembali seisi dunia Setelah apiku menjadi lilin kecil dalam hati

PAGIKU

Perasaan ini apa namanya? Aku lega, tetapi sesekali rindu ricuh dahulu Perasaanku ini apa namanya? Tak perlu lagi sebal, tetapi kucari perkara demi menutupi sepi Perasaanku ini bukanlah bahagia Namun bukan juga dilanda sengsara Ada separuh yang hilang Ada pelengkap yang pergi Ada utuh yang tak kembali Dan aku masih berharap, Aku terbangun dari sakitnya mimpi ini Aku ingin pintu itu diketuk lagi Pun silahkan jika ingin didobrak! Ributlah... Aku akan menengahi Aku akan berteriak  Aku akan berusaha lebih keras lagi Aku ingin makananku dicicipi lagi Pun silahkan jika suapannya sebesar centong nasi... Habiskanlah, Aku masih bisa membeli lagi Aku akan sisihkan uangku lagi Aku janji tidak akan berapi api Aku ingin kedatanganku disambut lagi Pun silahkan protes saat aku terlalu lama untuk ditunggu... Tidak perlu tersenyum, marahlah! Hatiku sudah kulapangkan untuk semua omelan Aku mash bisa melapangkannya lagi Aku akan melunak Dan akan ku ceritakan banyak hal lucu setelahnya Namun kini pint...

KALA JELMAKU DIRAGU

  Kala itu Ranting masih ditengah semarak bahagia Tak takut menerka rimbunan daun jatuh Jikalau gugur Ya gugur saja Yakinnya saat itu tidaklah fana Toh, hujan saja ada siklusnya Namun, Kini ia gundah Masa kian berubah Seolah tekadnya tak lagi searah Hari harinya penuh amarah Apalah daya resah hanyalah resah Sesaat menyadari  Jika berhenti maka sudah waktunya berhenti

Lancang

Diantara ramai kata sebab tersipu Aku pilih abai berteman sebal Lancang membuang puja puji janji Ntah lah, tak butuh sekali Aku terlalu merawat telingaku Dari sampah serapah alih harap harap pasrah Seraya menjaga diri dari bejat bejat tak terpelihara Tapi tentu konsekuensi itu berlaku Andai kata aku melanggar Aku bagai orang tak tahu malu Berprinsip kaku bertingkah lucu Setengah sadar tapi bergerak terburu

APATIS

  Tampak berjalan Menatap arah depan Namun tuli juga bisu Tidak merajuk ataupun merayu Kerikil setiap manusia, biarlah Memangnya aku tidak punya? Sudahlah Gerimis senantiasa menunjukan dirinya ada Peringatan badai penuh dalam notifikasiku Terserah Kata itu menyebalkan Namun kini ku mengerti Aku perlu menilik bukuku sendiri Enggan tertarik untuk dilirik ramai Dunia terus berubah Lambat laun penduduknya Kemudian situasinya Dan telah sampai padaku "Waktunya mati rasa"

MENULIS

  Mengapa aku terus membuka telinga  Terjaga demi ketenangan berpuluh raga Mengantungi setiap air mata mereka Memeluk kerapuhannya bahkan disaat kuhancur juga Dan mereka seolah melihatku seperti tak punya rasa Semenjak kamusku tak lagi tertarik pada manusia Menulis punya banyak kata yang lebih bermakna Aku dapat bercerita tanpa dihakimi sebelah mata Aku dapat menceritakan tanpa harus lelah berbicara Aku tidak khawatir terlihat tidak baik-baik saja Karna aku tau manusia tempatnya kecewa Manusia pun enggan menambah masalahnya  Seperti ini pun tidak apa

HUJAN

  15 Juni 2023 22.49 Hari ini rupanya gagal lagi tapi aku sudah berusaha dengan baik jadi aku tidak akan menghakimi diri sendiri tapi... masalahku memang belum sempurna jika ini hanya tentang kegagalan rupanya aku memang sekacau itu dalam menemukan kebahagiaan sebagai manusia yang sangattttt-sangattt biasa seharusnya sedih tidak masalah bukan? aku hanya menaruh harapan kecil yang ku sembunyikan rapat-rapat di bagian yang aku yakin tidak akan terlihat tetapi memang nyatanya ruang itu terlalu redup untuk sebuah harap layaknya lilin yang menyala di kesunyian, lembab nan gelap sedikit demi sedikit cahayanya menghilang dan sulit ku lihat lagi dan sayangnya sedari awal aku hanya punya itu padahal malam akan sangat panjang setidaknya aku harus membuat cahaya lagi semuanya sudah ku coba dan nampaknya sia-sia ternyata aku akan melewati malam ini dengan hujan lagi tanpa seseorang yang bisa ku salahkan, ku benci ataupun kusenangi duduk diam menerima derasnya perasaan yang tak pernah ku ungkap...