Postingan

Menampilkan postingan dari September, 2022

WHEN I BE SOMEBODY : SUDAH GAGAL RATUSAN KALI

Tubuh ini sering mengeluh Berkali-kali akupun acuh Padahal inginnya didengarkan Telinga ini justru menyikapi rintihan insan lain Untuk kali ini aku harus manusiawi Teruntuk segala pilu dari seluruh penjuru Isi kepala ini dan kondisi raga tak bisa tenang Karna semuanya berlari kecuali aku disini Pahit sekali, tawaku yang kuusahakan tetap manis Sudah lama aku naik pitam Ingin mendaki lalu menyoraki problematika bumi Habisnya...kapan aku bisa menikmati pagi Resah sisa semalam saja masih bersemayam di dalam memori Sudahlah...aku benci gagal Sudah ratusan kali gagalpun masih benci gagal Bukankah aku hanya harus menerima Merimakah diriku jika gagalku jadi kebiasaan Terkadang dihadapanku bukanlah pertigaan Bukan pilihan melainkan satu satunya jalan Bukan tidak mengerti jika aku sedikit kesal dengan hidup Kelopak pada musimnya pasti takut jatuh jika ia dapat bicara Bukankah ia pasti dan akan selalu jatuh pada akhirnya Ia ditakdirkan untuk menerima ketidakrelaannya

PELUK

Hari yang singkat Namun panas menyengat Membuat langkah menjadi penat Dimanakah ku dapat berteduh Dari terik mencekik Juga pelik mengusik Dan, Langit semakin redup Menutup halaman terakhir  Terlelap mengacuhkan segala dera Mimpi kembali singgah Tatkala lelah membuatku tak berdaya Hiduplah anganku di dalam sana Berwujud nyata dan lekas jadi fana Bersama waktu hidupku bercanda Tangisku juga tawaku seakan jenaka Namun pelukku adalah sebuah jeda Badai hujan malam itu pasti akan mereda

WHEN I BE SOMEBODY : NORMAL

  Melakukan lebih dari kebanyakan orang Hal itu layak, tak perlu dicemaskan Selama bukan didominasi paksa Akan baik-baik saja meski terlihat sebaliknya Jika ada yang benci Sebenarnya itu mengganggu telinga Tapi usahanya tetap akan sia-sia Karena manusia batu pada dasarnya Mungkin suratan kecil sedikit bermartabat lebih mudah jika berisi pesan berkerabat Kalau tidak, akan tampak lebih banyak tebing Jatuh menjadi jauh, sulit di daki lagi Sungguh, ini normal Menjadi berbeda dan meminta tetap sama Aksa tidak benar mampu merasakan nyatanya Karena itu, semuanya normal selama hati rela

TRASH

The world passes in a matter of time Living for a hopeful future Today, it's just me and my mind Useless words fill my heart It's like a pile of dusty paper in there Nothing else matters but to empty the contents of the head for a moment I don't even know where to start Am I not going to ask such an old thing, later Will I be able to not look for it again  Because it will be difficult to restore what has been lost Turns out, what's hard isn't taking out the trash On the contrary, it convinced itself not to take it again I close my eyes Breathe in, breathe out slowly Step out today, enjoy what's going on outside Stop thinking, even when trying to calm your mind See and hear, everything is absorbed into a nearly chaotic body Just by accepting, moving at will and looking at yourself

LOVE HATE LIE

  Since when did you lie When you said you would wait I didn't see you there I said "where are you?" You say "Sorry, I forgot what I said" Which part is fake Which part should I believe I can't believe the fake But where lies the truth You liar You're lying Big lie if you love me My love hates lies you are fake You are full of fakes Your love is too fake And my love doesn't accept that Which part is fake Which part should I believe I can't believe the fake But where lies the truth you broke my silence you break my peace you make me hate myself You make me noisy talking about how bad you are And now I will no longer drink poison from you If  you want to play I'm not your playground Don't mind my hate for you Go until time erases your traces You lied about time and love When love and time can repay you properly  

Aku dan Aku

Tertunduk kaku Mengdongak angkuh Sendu merintih Sesaat ku acuh kembali Aku bukanlah aku terkadang Dimana seharusnya jiwa menempati raga Terlihat nyata padahal fana Aku mulai ragu siapa aku sebenarnya Sejak kapan aku betah dengan diriku Sejak kapan aku membantah penolakanku Terlalu hampa sendirian membeku Aku mulai tahu, peluk ini eratan jemariku Aku satu di semesta ini Sudah terpelanting dibelahan bumi Disanggah tebing membuatku tersembunyi Hanya aku perisai, payung ataupun alas kaki Tidak ada aku sesungguhnya Layaknya air menempati ruang sepi Aku hanya mengisi raga untuk berjalan sendiri Aku hanya jadi aku dalam pelik situasi